Penyaluran donasi #sedekahyuk kali ini
dibantu oleh seorang teman lama bernama Usman. Kami berdua, @mila_yana sebagai
perwakilan tim #sedekahyuk bersama Usman terjun langsung berkeliling-keliling
Ds. Jurang Gunting dan sekitarnya untuk menghantarkan sedekah kalian ke
pintu-pintu rumah mereka yang berhak. Dan
perjalanan kami pun dimulai… Semangat cari muka di depan Alloh ^_^
Here they areeeee………………
Masjid Al Hidayah, berlokasi di Ds. Jurang Gunting
Ledok Salatiga. Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini juga difungsikan
sebagai pusat pendidikan serta sosialisasi bagi masyarakat sekitar. Saat ini
Masjid Al-Hidayah sedang dalam proses pengerjaan lantai
2 yang insya Allah akan digunakan sebagai madrasah dan TPA. Selama ini dana pembangunan hanya mengandalkan swadaya masyarakat saja. Bantuan pemerintah yang diharapkan
turun, sampai saat ini belum juga terdengar kabarnya. Untuk membantu percepatan
pembangunan Masjid Al Hidayah, tim #sedekahyuk menyalurkan titipan kalian
sebesar 1 juta. Donasi diterimakan olehTakmir Masjid Al Hidayah.
Mbah Warno, nenek berumur 70an tahun ini adalah
seorang janda yang hidupnya serba pas-pasan. Sehari-hari beliau tinggal bersama
anak dan keluarganya. Mbah Warno dan keluarga menggantungkan diri pada usaha warung
kecil-kecilan milik anaknya. Dalam sejarahnya, Mbah Warno pernah mengalami depresi
karena ditinggal suaminya. Sejak saat itu perekonomian keluarga Mbah Warno menjadi
tak menentu. Untuk Mbah Warno, tim #sedekahyuk menyampaikan amanah teman2
sekalian sebesar 200 ribu. Suasana haru menyeruak ketika mbah Warno menangis dan
tak henti-hentinya berucap terimakasih kepada kalian, para donatur #sedekahyuk.
“Haru karena masih ada yang memperhatikannya” katanya.
Mbah Parmi, janda jompo berusia ±80 tahun ini
sedang termenung sendiri di dapur saat kami menyambangi rumahnya. Simbah yang buta
dan tuli ini adalah seorang janda yang hidupnya sangat memprihatinkan. Selama ini
beliau bertahan hidup hanya dengan mengandalkan uluran tangan dari tetangga sekitar.
Sehari-hari beliau tinggal bersama anaknya yang juga seorang janda dan
berprofesi sebagai PRT. Untuk mbah Parmi, tim #sedekahyuk menyalurkan donasi
kalian sebesar 200 ribu.
Khusnul, gadis manis nan sholehah ini menjadi
piatu sejak ia masih berumur 3,5 tahun.
Ibunya meninggal karena sakit kanker. Khusnul tumbuh dari sebuah keluarga yang
sangat sederhana. Sehari-hari khusnul tinggal bersama ayah yang bekerja sebagai
buruh serabutan, serta 2 kakak perempuannya. Di tengah keterbatasan tersebut, khusnul mampu menunjukkan
eksistensinya melalui potensi yang
dimiliki. Beberapa waktu lalu Khusnul mewakili sekolahnya mengikuti lomba cerdas
cermat dan menjadi siswa teladan tingkat
Kecamatan. Tidak hanya itu. Sederet prestasi lain yang berhasil diraih Khusnul yaitu juara Tartil & Tilawah Al Quran
tingkat kota Salatiga serta juara lomba nasyid tingkat nasional mewakili Jateng
dalam festival anak sholeh Indonesia.
Saat ini Khusnul duduk di bangku kelas VI SD
dan baru saja selesai mengikuti ujian nasional. Rencananya ia akan melanjutkan
pendidikan ke jenjang SMP. Saat ditanya sekolah mana yang menjadi tujuannya,
sambil tersenyum ia menjawab “SMP 8 saja mbak, yang deket, biar irit ke sekolah
jalan kaki”. Ia tau betul apa yang harus
diperbuat di tengah kondisi keluarganya yang seperti ini. Sungguh,
kesederhanaan telah menanamkan kebijaksanaan dalam diri Khusnul yang masih
belia. Sebagai apresiasi atas prestasi yang diraih selama ini serta untuk
membantu biaya masuk SMP, tim #sedekahyuk menyalurkan donasi kalian sebesar 1
juta.
Sinta, gadis cilik berumur 6 tahun ini duduk
di bangku kelas 1 SD. Di rumah yang sederhana ini, Sinta tinggal bersama kakak
dan ibunya yang berprofesi sebagai buruh cuci. Ayah Sinta meninggal saat ia
berusia 4 tahun. Untuk membantu meringankan biaya pendidikan Sinta dan kakaknya,
tim #sedekahyuk menyalurkan donasi kalian sebesar 500 ribu.
Mbah Sar, janda lanjut usia ini adalah sosok
yang tangguh. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehari-hari beliau mencari kayu
di kebun untuk kemudian dijual lagi sebagai kayu bakar. Sekalipun beliau tinggal
bersama anaknya, namun beliau tetap harus menjalankan profesinya tersebut mengingat
keterbatasan ekonomi sang anak yang berprofesi sebagai buruh bangunan. Untuk
membantu biaya hidup Mbah Sar, tim #sedekahyuk menyalurkan donasi kalian
sebesar 200 ribu.
Ratih, gadis pemalu ini berusia 14 tahun. Sehari-hari
ia tinggal bersama ibunya yang berprofesi sebagai pembantu rumah tangga beserta
neneknya yang sehari-hari berjualan bubur di kampungnnya. Ratih belum sempat
mengenal sosok ayahnya karena beliau meninggal di saat Ratih belum terlahir ke
dunia. Saat ini Ratih duduk di bangku SMP. Untuk membantu biaya pendidikan
Ratih, tim #sedekahyuk menyalurkan donasi kalian sebesar 500 ribu.
Agung terlahir dari rahim seorang wanita berkebutuhan
khusus. Sejak lahir Agung tidak mengetahui siapa ayah kandungnya. Lelaki tidak
bertanggung jawab itu pergi meninggalkan ibu Agung dalam keadaan hamil. Sampai
saat ini, tidak ada sedikitpun informasi mengenai keberadaan ayah Agung.
Ketika Agung berumur 5 tahun, ibunya meninggal.
Sejak saat itu, sehari-hari Agung tinggal serumah bersama kakeknya yang bermata pencaharian sebagai penjual cilok. Saat
ini Agung baru saja menamatkan pendidikannya di bangku SD dan berniat untuk melanjutkan
ke jenjang SMP. Sadar akan kemampuan ekonomi keluarganya, rencananya Agung akan
mendaftarkan diri ke PonPes di Gunung Pati Semarang yang kabarnya bebas biaya. Untuk
membantu kelancaran persiapan sekolah Agung, tim #sedekahyuk menyalurkan donasi
kalian sebesar 500 ribu.
Mbah Rus adalah janda jompo yang sering sakit-sakitan.
Kondisi fisiknya mulai melemah seiring usianya yang senja. Dengan keadaan
kesehatan yang demikian, harusnya beliau mendapatkan perawatan intensif di RS. Namun
karena keterbatasan financial, beliau hanya dirawat di rumah oleh anaknya yang
bernama Pak Yatno. Kepada Pak Yatno lah kini mbah Rus menggantungkan diri. Perekonomian
keluarga mereka ditopang oleh Pak Yatno yang berprofesi sebagai tukang jahit
kecil-kecilan. Saat perwakilan #sedekahyuk mendatangi kediaman Mbah Rus, kami
hanya bertemu dengan Pak Yatno. Kepada beliau kami serahkan titipan dari
teman-teman sekalian di #sedekahyuk sebesar 200 ribu untuk membantu meringankan
biaya pengobatan mbah Rus.
Mbah Mah, seorang janda jompo berusia sekitar
±70 tahun. Sehari-hari beliau hidup bersama anaknya yang bekerja sebagai buruh pabrik
dengan penghidupan serba pas-pasan. Tim #sedekahyuk menyalurkan sedekah kalian
sebesar 200 ribu yang diterimakan langsung oleh Mbah Mah. Senyum bahagia pun melengkung
di wajah keriput beliau saat menyambut uluran tangan kalian, teman-teman di
#sedekahyuk.
Mbah Yem, janda tua yang hidup sebatang kara dan
nomaden, selalu berpindah-pindah kontrakan. Beliau menggantungkan hidup kepada anaknya
yang bekerja sebagai buruh bangunan di luar kota. Saat perwakilan tim
#sedekahyuk mendatangi rumah beliau, mbah Yem nampak sedang duduk-duduk santai
di depan rumah dengan ditemani oleh seperangkat alat “nyirih”. Ya, hari-hari
mbah yem banyak dilewati dengan sendiri tanpa seorangpun di rumah. Tidak ada
aktivitas lain yang dapat dilakukan mengingat usianya yang sudah lanjut. Untuk
mbah Yem, kami salurkan donasi kalian sebesar 200 ribu.
Ardi dan Wildan adalah 2 remaja kakak
beradik. Saat ini Sang Kakak, Ardi tercatat sebagai salah satu santri di Ponpes Al Muayyad Solo sedangkan adiknya masih duduk di bangku
kelas IV SD. Sehari-hari
keluarga mereka bergantung pada penghasilan Sang Ibu yang bermata pencaharian sebagai
buruh pabrik. Yup, Ardi dan Wildan menjadi yatim sejak ayahnya meninggal beberapa
tahun yang lalu karena kecelakaan kerja. Beruntung sebelum sepeninggal Sang Ayah,
keluarga ini sudah dibekali rumah yang layak, yang dibangun sendiri oleh tangan
beliau. Untuk membantu biaya pendidikan Ardi dan Wildan, perwakilan tim
#sedekahyuk menyalurkan donasi kalian sebesar 500 ribu.
PonPes Ittihadul Asna - Berlokasi di Ds.
Klumpit Salatiga. PonPes ini dirintis oleh Kyai Roychuddin Mahbub. Terdapat
sekitar ±30 santri yang menuntut ilmu di sana. Saat ini di PonPes Ittihadul
Asna sedang berlangsung proses pembangunan tahap II. Rencananya selain difungsikan
sebagai tempat mengaji dan menimba ilmu, kedepannya PonPes ini dirancang sebagai
tempat penampungan bagi anak jalanan dan janda-janda tua (jompo). Untuk
membantu kelancaran pembangunan PonPes Ittihadul Asna, tim #sedekahyuk
menyalurkan donasi kalian sebesar 1 juta.
Ibu Dah, wanita paruh baya ini belum genap
100 hari ditinggal wafat suaminya yang mengidap tumor. Sehari-hari, beliau tingal
bersama 4 orang anaknya. Si Sulung baru saja menyelesaikan pendidikan di
tingkat SMP, anak nomor 2 saat ini masih duduk di bangku kelas 2 SMP, anak
nomor 3 masih berada di bangku TK A sedangkan Si Bungsu masih berumur 3 tahun.
Karena keterbatasan ekonomi yang dimiliki, terpaksa Si Sulung tidak melanjutkan
pendidikan dan langsung bekerja di Semarang, menggantikan posisi ayahnya sebagai
buruh pabrik. Kini Si Sulung menjadi tulang punggung keluarga ini. Untuk
membantu keluarga Ibu Dah, tim #sedekahyuk menyalurkan donasi kalian sebesar
500 ribu.
Donasi #sedekahyuk jilid VIII Rp.6.700.000,-