Selasa, 31 Januari 2012

#sedekahyuk JILID VII

Semarang, 21 Februari 2012

Bermula dari info melalui twitter yang diposting oleh @Moms_Laundry (Musa), kami mengetahui Karen Nafisa. Balita berumur 1 tahun yang berasal dari Samarinda-Kalimantan Timur ini mengidap kanker hati. Penyakit yang diderita Karen ini sama persis seperti Bilqis Anindya Passa, bayi berumur 17 bulan yang mengalami kelainan saluran empedu. Gejala yang mucul diantaranya mata, bibir, wajah serta seluruh tubuh menguning serta perut membuncit karena cairan. Menurut info yang didapat, Karen terdeteksi menderita sirosis sejak berusia 6 bulan. 

Karen Nafisa (1th) Menderita Sirosis Hati Seluruh Badan Menguning Perut Membuncit

Sekedar informasi, Karen tinggal bersama Nenek serta Ayahnya. Ibu Karen sudah lama pergi meninggalkan rumah sejak mengetahui bahwa anaknya mengidap kanker hati. Sehari-hari, bocah kecil ini diasuh oleh sang Nenek. Ayah Karen berprofesi sebagai buruh gudang dengan penghasilan 750 ribu/ bulan. Karena kondisi ekonomi yang serba terbatas, maka ikhtiar yang diupayakan untuk kesembuhan Karen pun juga seadanya. Mulanya Karen hanya diberi obat tradisional yang mereka percaya dapat memberikan kesembuhan, namun sayang hasil yang diperoleh nihil. Karen juga sempat menjalani perawatan di RS setempat dengan menggunakan fasilitas Asuransi Masyarakat Samarinda (gratis), namun karena penyakit yang diderita sudah memasuki stadium yang cukup akut, pihak RS pun menyatakan tidak mampu menangani kasus Karen disebabkan keterbatasan fasilitas yang dimiliki. Dokter juga mengeluarkan statemen bahwa Karen harus dirujuk setidaknya ke Jakarta untuk kemudian dilakukan operasi transplantasi hati. Biaya operasi  diperkirakan mencapai 1 miliar. Bak disambar petir mendengar pernyataan dokter tersebut. Jangankan 1 miliar, sekedar untuk memenuhi biaya hidup saja mereka masih kesulitan. 

Setelah info mengenai Karen tersebar luas, bantuan pun datang silih berganti. Termasuk Pemda Samarinda yang menyatakan akan menanggung seluruh biaya pengobatan Karen. Namun demikian, pihak keluarga masih membutuhkan bantuan untuk biaya-biaya yang muncul diluar tanggungan Jamkesda, seperti biaya hidup keluarga selama menunggu Karen di RS mengingat ayah Karen yang secara terpaksa harus meninggalkan pekerjaannya. 

Karen pun kini dirujuk ke RSUD Kariadi Semarang untuk mendapatkan perawatan intensif selama kurang lebih 6 bulan. Rencananya sang ayah yang akan menjadi pendonor untuk cangkok hati Karen. Proses transplantasi akan segera dilakukan setelah kondisi keduanya memungkinkan. Sampai saat tim #sedekahyuk berkunjung ke RSUD Kariadi, proses operasi terpakasa ditunda karena kondisi kesehatan keduanya yang belum memenuhi persyaratan, sekalipun perut Karen sudah mulai mengecil dan berat badannya turun. Untuk kesembuhan Karen,  melalui @charolineferra, tim #sedekahyuk menyalurkan donasi teman-teman sebesar Rp 3.900.000,-. Tidak berhenti di sini, mari kita bersama-sama berdoa untuk kesembuhan Karen. Bagi teman-teman yang berkeinginan menyalurkan bantuan atau sekedar mengetahui kondisi terkini Karen, bisa datang langsung ke RSUD Kariadi Semarang Ruang Anak C1 Lt. 1.


Penyerahan donasi #sedekahyuk untuk Karen Nafisa



#salamjempol , salam berbagi ^__^ 


Donasi #sedekahyuk JILID VII Rp 3.900.000,-
TOTAL dalam 7 JILID Rp 13.170.000,- 
   Baca Selengkapnya...

Rabu, 11 Januari 2012

#sedekahyuk Jilid VI

Muhammad Al Farohi, seorang anak berusia 6 tahun, Putra tunggal dari pasangan Bapak Abdul Rasyid (36 th) dan Ibu Tihaya (33 th) terpaksa harus menjalani operasi setelah mengalami kecelakaan motor pada akhir Desember 2011 silam.
Muhammad Al Farohi (6 th)


Al Farohi mengalami penurunan kesadaran/ pingsan
Baca Selengkapnya...

Minggu, 08 Januari 2012

#sedekahyuk jilid V


Salatiga, 25 Desember 2011

Mbah Martini, usianya berkisar 70th, domisili di Ds. Payaman Tingkir Tengah Salatiga. Beliau tinggal bersama suami, seorang anak serta 2 cucunya yang masih balita. Karena faktor usia dan kesehatan, Mbah Martini yang dulunya bekerja sebagai buruh pabrik kini sehari-hari hanya tinggal di rumah mengurus 2 cucunya yang ditinggal bekerja oleh sang ibu sebagai buruh pabrik roti. Maklum, ayah kedua balita tersebut sudah lama meninggalkan mereka secara tidak bertanggung jawab sehingga sang ibulah yang mau tidak mau harus menafkahi keluarga kecil mereka. Sementara itu, suami Mbah Martini, Mbah Narto-75th, bekerja di sawah menjalani profesinya sebagai buruh tani, yang penghasilannya bergantung pada hasil panen. Beberapa waktu lalu, hasil panen yang begitu diharapkan oleh keluarga ini selama berbulan-bulan mengalami kegagalan. Tidak ada panen berarti tidak ada uang untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. Mbah Narto pun sempat jatuh sakit karena depresi menghadapi kenyataan tersebut.  Akhirnya Mbah Martini turun tangan ke sana kemari mencari pinjaman untuk sekedar mendapatkan beras. Untuk keluarga Mbah Martini, melalui @mila_yana tim #sedekahyuk menyalurkan donasi teman-teman sebesar Rp 500.000,-. Tak lupa Mbah Martini mengucap syukur Alhamdulillah, menyampaikan salam terima kasih serta mendoakan para donatur #sedekahyuk semoga selalu diberi kesehatan serta kelancaran dalam mencari rizki Allah. Amin Ya Robbal Alamin... ^__^


Penyerahan Donasi #sedekahyuk untuk Mbah Martini

Baca Selengkapnya...

Minggu, 01 Januari 2012

#sedekahyuk jilid IV


Jumat, Tanggal 23 Desember 2011

Pak Kartubi..

Seorang penjahit yang hanya bermodalkan mesin jahit tua, serta seperangkat alat jahitnya, tanpa toko, tanpa dinding, tanpa atap. Beliau membuka lapak jahitnya di pinggir jalan, salah satu sudut di Taman Gorontalo, Tanjung Priok. Usianya tidak lagi muda, sudah lebih dari 70 tahun. Sudah sepuh memang, untuk berkomunikasi dengan orang lain pun sudah agak susah, karena pendengarannya sudah berkurang. Menurut mas penjual bubur ayam yang lapaknya tidak jauh dari lapak Pak Kar, beliau tinggal di salah satu ruang di Stasiun Tanjung Priok, merantau Di Jakarta tanpa didampingin istri atau sanak saudara, keluarganya tinggal di Brebes, Jawa Tengah.


Baca Selengkapnya...