Jumat, 25 November 2011

#sedekahyuk Jilid II

Mbah Runi, demikian ia biasa dipanggil. Seorang nenek penjual gorengan yang kira-kira berusia 80th ini tinggal di Payaman Tingkir Tengah, sebuah dusun kecil di Salatiga. Saat ini beliau menetap di sebuah rumah tipe “minimalis” milik seorang dermawan yang dengan iklas meminjamkan rumahnya secara gratis. 

Rumah "Minimalis" Mbah Runi

Sehari-hari Mbah Runi tinggal bersama anak, menantu serta cucunya. Karena sang anak tidak memiliki pekerjaan tetap, maka tidak banyak yang bisa ia perbuat untuk Mbah Runi. Mau tidak mau Mbah Runi harus turut mencari nafkah untuk penghidupannya sehari-hari. Dengan semangat senjanya, ia jalani profesinya sebagai penjual gorengan.




Pagi hari Mbah Runi berjalan menyambangi pasar yang berjarak kurang lebih 1km untuk membeli kebutuhan jualannya, kembali ke rumah mulai meracik dan menggoreng kemudian lanjut meyetorkan gorengan jualannya ke beberapa warung tetangga sekitar pukul 9 pagi. Tidak berhenti di situ, sore harinya Mbah Runi kembali ke warung-warung tempat ia menitipkan gorengannya untuk mengambil uang hasil penjualan. Setiap harinya tidak bisa dipastikan uang yang ia dapat dari berjualan gorengan, mengingat terkadang gorengan yang ia titipkan masih bersisa. Kalau sudah demikian, terkadang ia kembali berjalan untuk menjajakan sisa gorengan ke tetangga sekitar. Kalau tidak habis juga, gorengan tersebut ia jadikan lauk untuk makan malam.Sekalipun demikian, Mbah Runi tetap bertahan menjalani harinya sebagai penjaja gorengan, karena memang hanya itu yang beliau mampu lakukan

Ketulusan dalam menjalani profesinya terpancar dari senyum yang selalu ia kembangkan setiap saat. Rasa salut atas kegigihan Mbah Runi menjalani hidup kemudian muncul pada diri. Dan kembali 5 detik yang menetukan, mengarahkan hati serta pikiran ini untuk mencantumkan nama Mbah Runi sebagai salah satu penerima donasi #sedekahyuk jilid II. Ketika hendak mendatangi rumah Mbah Runi, secara kebetulan saya bertemu dengan menantunya, darinya saya mendapat kabar bahwa Mbah Runi sedang di opname di Puskemas rawat inap Cebongan sejak beberapa hari lalu karena muntaber. Dalam hati terbersit “… Allah memang Maha Mengetahui pula Memberi, pertolongan Allah datang menghampiri Mbah Runi pada saat yang tepat…” tanpa berpikir panjang donasi #sedekahyuk sebesar 500ribu saya (@mila_yana) sampaikan kepada Mbah Runi di Puskemas tempat beliau dirawat. Tidak henti-hentinya si Mbah berucap syukur. Tak lupa pula beliau menyampaikan salam terima kasih kepada teman2 yang turut berpartisipasi dalam program #sedekahyuk …


Penyerahan donasi #sedekahyuk kepada Mbah Runi







Masih pada hari yang sama, sepulangnya dari puskesmas tempat Mbah Runi di rawat, ba’da Dzuhur saya bertandang ke rumah @satitiii di Dusun Tegalwaton Kab. Semarang, seorang sahabat yang tempo hari merekomendasikan tiga nama janda jompo serta dhuafa sebagai penerima donasi #sedekahyuk. Saya pun bergegas ke TKP, mumpung nemu momentumnya pikir saya. Dengan dibantu oleh Bu Yanti (bundonya @satitiii) serta ditemani oleh adik @tikaprastiika, kami mendatangi si Mbah-si Mbah tersebut satu per satu dengan berjalan kaki. Medannya naik-turun, tanah licin (karena memang lagi musim penghujan) di selingi makadam (jalanan tanah yang dilapisi bebatuan terjal), tidak mungkin memang untuk ke sana dengan menggunakan motor ataupun mobil. #Sengaja mengikutsertakan @tikaprastiika yang baru berumur 7 tahun biar belajar sedekah sejak kecil :)


 
Dimulai dari rumah Mbah Tu. Kalau boleh dibilang, rumahnya nyempil. Perjalanan ke sana melewati papringan (kebun bambu). Setibanya kami di sana, rumah Mbah Tu dalam keadaan tertutup. Kami panggil-panggil tak kunjung ada jawaban, sampai ada seorang anak yang muncul dari samping rumah dan bersedia untuk memanggilkan Mbah Tu. Ga tahunya Mbah Tu sedang berada di belakang rumah. Pintu pun di buka oleh anak Mbah Tu dan kami pun di persilakan masuk. Yup, Mbah Tu tinggal bersama sejumlah anak serta cucunya. Sambil menunggu Mbah Tu muncul dari belakang rumah, saya pun dipersilakan duduk di dipan beralas tikar usang. Dengan langkah tergopoh Mbah Tu berjalan menghampiri kami.


Mbah Tu Muncul dari Belakang Rumah




Tanpa banyak babibu, kami pun langsung menyampaikan amanah teman2 dari #sedekahyuk berupa uang tunai sebesar 500rb rupiah. Semoga membawa barokah untuk semua, utamanya untuk Mbah Tu yang renta dan tak berdaya lagi untuk mencari nafkah. Lemahnya kondisi fisik Mbah Tu memaksa beliau untuk berdiam di rumah menunggu uluran tangan kanan-kiri. Kondisi keluarga anak Mbah Tu yang juga berkekurangan memaksa mereka untuk menjalani hidup serba seadanya. Bahkan tidak jarang Mbah Tu beserta keluarganya makan hanya dengan nasi aking (nasi bekas yang dimasak ulang). Satu lagi nikmat Allah yang patut kita syukuri kawan, di saat kita bebas memilih menu yang hendak kita santap, pada waktu bersamaan, berkilo-kilometer dari tempat kita berada saat ini, masih banyak saudara kita yang bernasib sama seperti Mbah Tu yang hanya dihadapkan pada satu pilihan menu santap, nasi aking. 



Penyerahan Donasi #sedekahyuk Kepada Mbah Tu



“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan???” 
(QS Ar Rahman) 




Selesai menyambangi Mbah Tu, kami pun melanjutkan perjalanan. Berikutnya adalah giliran rumah Mbah Darsih. Jalan menuju rumahnya cukup membuat kami berkeringat, naik turun melewati jalan makadam, mungkin ini salah satu jalan Allah agar saya berolahraga :D 


Clingak-Clinguk ke Dalam Rumah Mbah Darsih


Sesampainya di rumah Mbah Darsih, kami pun mengetuk pintu dan mengucap salam sembari memanggil nama Mbah Darsih. Namun kembali kami tidak mendapatkan jawaban dari dalam rumah. Kami pun berjalan mengitari rumah, dari pintu dapur yang terbuka, kami mengetahui bahwa tidak ada satupun penghuni di dalam rumah. Selang kemudian, muncul suara seorang wanita dari belakang punggung memanggil kami. Dari wanita yang merupakan tetangga Mbah Darsih ini, kami mengetahui bahwa si mbah masih berada di sawah. Yup, Mbah Darsih adalah seorang buruh tani, yang sehari-hari menggarap sawah milik orang lain. Di usianya yang sudah lebih dari separuh abad ini, di saat kawan-kawan seusianya mengikuti majelis taklim serta pengajian di Masjid, Mbah Darsih lebih memilih untuk beribadah dengan cara yang lain, mencari nafkah untuk menghidupi diri serta anaknya. #sedekahyuk menyampaikan 500ribu untuk Mbah Darsih… Donasi diserahkan oleh bu Yanti, perwakilan tim #sedekahyuk…




Sepulangnya dari rumah Mbah Darsih, kami kembali menuju kediaman Bu Yanti. Di saat kami hendak memasuki rumah, kami bertemu dengan Mbah Romlah, ±80th. Salah satu mbah yang juga direkomendasikan untuk menerima donasi dari #sedekahyuk. Dari kejauhan kami melihat Mbah Romlah berjalan dengan langkah lincahnya menuju Masjid yang kebetulan berada  di depan rumah Bu Yanti. Yup, Mbah Romlah rutin mengikuti majelis taklim di Masjid-Masjid sekalipun usia nya sudah sangat sepuh. Kondisi ekonomi Mbah Romlah tidak jauh berbeda dengan ketiga simbah-simbah yang lain. Namun, keterbatasan yang dimiliki tidak mengurangi rasa syukur Mbah Romlah kepada Sang Maha. Tim #sedekahyuk melalui @mila_yana menyalurkan donasi dari teman2 sekalian sebesar Rp 500ribu untuk Mbah Romlah…




Penyaluran Donasi #sedekahyuk Kepada Mbah Romlah



Akhirnya, para Si Mbah menyampaikan salam hangat seraya mendoakan para partisipan program #sedekahyuk agar selalu dalam keberkahan Allah, sehat, dilancarkan rezeki, terkabul segenap hajat serta mendapat balasan dari Allah (InsyaAllah), aminnnnnn 




Jumlah Bantuan  Jilid II ini
Rp 2.000.000,-




Total Sedekah Yang Sudah Disalurkan 
#Sedekahyuk dalam II Jilid
Rp. 6. 770.000,-



Tidak ada komentar:

Posting Komentar